Karya Tulis Ilmiah Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Kepribadian Anak

 

KARYA TULIS ILMIAH

 

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA

TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh :

Nama  :  S I B L I

NIM  :  1001037213

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

PJJ – UHAMKA

2011


KATA PENGANTAR

 

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Peran Orang Tua dalam Pendidikan”.

Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA – PJJ UHAMKA Bogor.

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga semua kebaikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna dn masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyusunan karya tulis lain di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.

 

 

Jasinga,  Juni 2011

Penulis

 

 

 

 

 

i


DAFTAR ISI

 

 

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… ii

 

BAB I    PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….. 1
  2. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………………… 2
  3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….. 2
  4. Teknik Penulisan………………………………………………………………….. 3
  5. Sistematikan Penulisan…………………………………………………………. 3

 

BAB II   LINGKUNGAN KELUARGA

  1. Pengertian Keluarga……………………………………………………………… 4
  2. Proses Terbentuknya Keluarga………………………………………………. 5
  3. Karakteristik Keluarga …………………………………………………………. 6
  4. Fungsi-Fungsi Keluarga………………………………………………………… 7

 

BAB III ……………………………………………………………………………………………….. TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN ANAK
DI LINGKUNGAN KELUARGA

  1. Pendidikan di Lingkungan Keluarga………………………………………. 12
    1. Pendidikan Agama…………………………………………………………. 12
    2. Pendidikan Akhlak…………………………………………………………. 14
    3. Pendidikan Jasmani………………………………………………………… 15
    4. Pendidikan Sosial…………………………………………………………… 17
  2. Psikologi Anak…………………………………………………………………….. 19
    1. Perkembangan Siswa Sekolah Dasar…………………………………. 19
    2. Karakterisik Siswa Sekolah Dasar…………………………………….. 26
    3. Pengaruh Psikologi Anak…………………………………………………. 28

 

ii

 

 

  1. Analisis Tentang Pembentukan Kepribadian Anak…………………… 29
    1. Pengertian Kepribadian…………………………………………………… 29
    2. Aspek-Aspek Kepribadian……………………………………………….. 30
    3. Pengaruh Perkembangan Kepribadian……………………………….. 31

 

BAB IV ……………………………………………………………………………………………….. KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan…………………………………………………………………………. 33
  2. Saran………………………………………………………………………………….. 34

 

iii

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.    Latar Belakang

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri). Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan kepribadian sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik) mengabdi kepada anak.

Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan yang sangat luas dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi; ia berkaitan erat dengan peradaban, transformasi warisan, dan pertumbuhan serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi, keyakinan sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.

Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah ia memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan kepribadian anak dan remaja. Tentu saja pada status sosial dan ekonomi keluarga di tengah masyarakat, berpengaruh pula pada berpikir dan kebiasaan-kebiasaan anak. Dengan demikian, berdasarkan bentuk dan cara-cara interaksi keluarga dan masyarakat, anak akan memperoleh suasana yang lebih baik, atau sebaliknya akan memperoleh efek yang buruk darinya. Pada tanggal 15 Mei sebagai Hari Keluarga Sedunia, menekankan pentingnya keluarga sebagai lembaga masyarkat yang paling mulia dan paling penting dalam membentuk generasi-generasi beragama, berakhlak mulia, cerdas dan berkepribadian yang kuat. Keluarga sekaligus merupakan landasan yang kuat dan kokoh untuk mendidik dan menciptakan anak-anak yang sehat dan kuat.

Dari latar belakang masalah tersebut dapat kita pahami bahwa, lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu, penulis memilih judul, “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK”. Penulis berharap mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat membantu para orang tua di dalam tugasnya sebagai pendidik dalam keluarga.

 

  1. B.     Pembatasan dan Perumusan Masalah
    1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

Penulis membatasi masalah mengenai arti pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian anak. Yaitu perkembangan kepribadian anak usia Sekolah Dasar (SD), dari mulai memasuki pendidikan formal (SD) antara usia 6 tahun sampai dengan usia 12 tahun.

  1. Perumusan Masalah

1.  Apakah yang disebut dengan lingkungan keluarga itu?

2.  Bagaimanakah pelaksanaan pendidikan anak di lingkungan keluarga?

3. Bagaimanakah cara membina kepribadian anak dalam lingkungan keluarga?

4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian anak?

 

  1. C.    Tujuan Penulisan

Secara formal, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan evaluasi akademik pada salah satu mata kuliah di lingkungan PJJ – UHAMKA.

Sedangkan secara substansial penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk :

  1. Mendapatkan data-data tentang keluarga meliputi pengertian, karakteristik, proses terbentuknya keluarga, serta fungsi keluarga.
  2. Mengetahui proses pelaksanaan pendidikan anak dalam lingkungan keluarga.
  3. Mengetahui cara membina kepribadian anak dalam lingkungan keluarga.
  4. Mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap kepribadian anak.

 

  1. D.    Teknik Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan Teknik Kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku, majalah-majalah, artikel-artikel, yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

 

  1. E.     Sistimatika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang permasalahan yang ditulis, maka penulis membuat sistimatika sebagai berikut :

BAB I       Pendahuluan yang meliputi ; Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Teknik Penulisan, dan Sistimatika Penulisan.

BAB II      Lingkungan Keluarga yang meliputi ; Pengertian Keluarga, Proses Terbentuknya Keluarga, Karakteristik Keluarga, dan Fungsi Keluarga.

BAB III    Tinjauan Tentang Pendidikan Kepribadian Anak di Lingkungan Keluarga yang meliputi ; Pendidikan di Lingkungan Keluarga, Psikologi Anak, Analisis Tentang Pembentukan Kepribadian Anak.

BAB IV    Kesimpulan dan Saran diakhiri dengan Daftar Kepustakaan.

 

 

 

 

 


BAB II

LINGKUNGAN KELUARGA

 

  1. A.    Pengertian Keluarga

Untuk memahami lebih lanjut tentang keluarga maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang pengertian keluarga.

Menurut pandangan sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam yaitu:

  1. Dalam arti sempit

Keluarga dalam arti ini hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga semacam ini disebut keluarga inti atau keluarga batin (nuclear family).

  1. Dalam arti luas

Keluarga dalam arti ini meliput semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan. Jadi, bukan hanya terdiri atas ayah, ibu dan anaktetapi juga meliputi kakek, nenek, paman, bibi, keponakan, dan sebagainya. Keluarga dalam arti ini bisa disebut keluarga keluarga besar atau keluarga luas (extended family), klan ataupun marga.

Menurut Bossard dan Boll ada dua jenis keluarga, dilihat dari hubungan anak, yaitu :

  1. Keluarga kandung atau keluarga biologis (family of procreation) adalah sebuah keluarga yang mempunyai hubungan darah dengan anak. Dengan kata lain keluarga ini terdiri atas ayah, ibu, dan anak kandung. Hubungan dalam keluarga biologis akan berlangsung terus. Hubungan darah antara anak-ayah-ibu tak mungkin dapat dihapus.
  2. Keluarga orientasi (family of orientation) adalah keluarga yang menjadi tempat bai anak untuk memperoleh perlindungan, pendidikan, tempat mengarahkan diri atau berorientasi. Di dalam keluarga orientasi ini terjadi interaksi antara anggota-anggota keluarga tersebut. Berbeda dengan keluarga biologis, maka dalam keluarga orientasi hubungan yang terjadi dapat terputus atau berubah dari waktu ke waktu.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satuan sosial yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga dapat hanya terdiri atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya anak-anak, baik yang dilahirkan ataupun yang diadopsi.

 

  1. B.     Proses Terbentuknya Keluarga

Pada umumnya terbentuknya sebuah keluarga dimulai dari saling kenal antara seorang pria dengan seorang wanita. Dari perkenalan kemudian meningkat menjadi pertemuan-pertemuan yang rutin. Dalam masa-masa pertemuan itu ada janji-janji yang diucapkan, perjanjian tersebut kemudian diresmikan dalam sebuah pertunangan dan akhirnya janji-janji itu dilaksanakan dalam sebuah perkawinan.

Apabila diurutkan tahapan-tahapannya, maka terbentuknya sebuah keluarga akan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

  1. tahap formatif atau pre-nuptual; yaitu suatu masa persiapan sebelum dilangsungkannya perkawinan yang ditandai dengan meningkatnya keintiman antara pria dan wanita, dan disertai dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan sosial. Tahap ini antara lain meliputi peminangan (pelamaran) dan pertunangan. Dalam tahap ini pihak laki-laki memberikan bingkisan kepada pihak wanita berupa pengikat.
  2. Tahap perkawinan atau nuptial-stage; yaitu tahap ketika dilangsungkannya pernikahan dan sesudah tetapi sebelum dilahirkannya anak – anak. Tahap ini merupakan awal dari sebuah keluarga yang sesungguhnya, yaitu kehidupan bersama laki-laki dan wanita dalam suatu ikatan perkawinan, penciptaan suasana rumah, pembangkitan pengalaman baru, penciptaan sikap baru, pendirian tempat tingggal baru dan seterusnya.
  3. Tahap pemeliharaan anak-anak atau child rearing stage; tingkatan ini sesungguhnya merupakan sebuah bangunan keluarga. Ikatan yang utama pada taham ini adalah anak-anak yang merupakan buah ikatan perkawinan.
  4. Tahap keluarga dewasa atau maturity stage; tahap ini tercapai ketika dalam suatu keluarga anak-anak yang dilahirkan dan dipelihara telah mampu berdiri sendiri dan membentuk keluarga baru.

 

 

  1. C.    Karakteristik Keluarga

Menurut Burgess dan Locke ada empat karakteristik keluarga sebagai berikut :

  1. Keluarga adalah susunan orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah, anak atau adopsi. Hasil dari ikatan perkawinan adalah lahirnya anak-anak, mereka juga merupakan anggota yang mendapatkan perlindungan, pengakuan serta prestise keluarga.
  2. Anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap yang merupakan satu susunan rumah tangga atau “household”.
  3. Keluarga merupakan satuan terkecil yang terdiri atas orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi sehingga menciptakan peranan sosial bagi suami, istri, ayah, ibu, putra (anak laki-laki), putri (anak perempuan), kakak laki-laki, kakak perempuan, adik laki- laki dan adik perempuan.
  4. Keluarga adalah memelihara suatu kebudayaan bersama, yang pada dasarnya diperoleh dari masyarakat. Suatu kebudayaan akan mempunyai kebudayaan sendiri dan dapat membedakannya dari keluarga yang lain.

Sebagai bahan perbandingan berikut dikemukakan karekateristik keluarga yang dikemukakan oleh Robert Mac Iver dan Charles Horton Page, sebagai berikut :

  1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
  2. Bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan  dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
  3. Mempunyai sistem tata nama (nomenclatur), termasuk perhitungan garis keturunan.
  4. Mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya dan berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
  5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

 

  1. D.    Fungsi-Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan fokus umum dari pola lembaga sosial. Hampir dalam setiap masyarakat keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dimana di dalamnya terdapat hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi. Terlepas dari persoalan hubungan yang inti ini, keluarga mempunyai sejumlah fungsi yang sesuai dengan harapan-harapan masyarakat. Fungsi-fungsi dari keluarga itu adalah meliputi :

  1. Fungsi Reproduksi atau Melanjutkan Keturunan

Keluarga merupakan lembaga yang salah satu fungsinya untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, melalui fungsi reproduksi. Dalam suatu masyarakat yang beradab, keluarga merupakan satu-satunya wahana untuk maksud ini. Berlangsungnya fungsi ini berkaitan erat dengan aktivitas seksual antara laki-laki (suami) dan wanita (istri). Hanya melalui keluargalah aktivitas seksual manusia yang merupakan kunci terlaksananya fungsi melanjutkan keturunan dapat terpenuhi secara tepat, wajar dan teratur dari segi moral, kultural, sosial, maupun kesehatan dan tentunya sah berdasarkan hukum adat, hukum agama, dan hukum negara.

  1. Fungsi Afeksi atau Kasih Sayang

Anak, terutama pada saat masih kecil, berkomunikasi dengan lingkungan dan orang tuanya dengan keseluruhan kepribadiannya. Pada saat anak masih kecil ini, fungsi afeksi atau kasih sayang memegang peranan sangat penting. Ia dapat merasakan dan menangkap suasana perasaan yang meliputi orang tuanya apda saat anak berkomunikasi dengan mereka. Dengan kata lain, anak peka sekali dengan iklim emosional (perasaan) aau afeksional yang meliputi keluarganya.

Anak membutuhkan kehangatan kasih sayang dari orang tuanya, namun tidak secara berlebihan ataupun kekurangan. Oleh karena itu, orang tua terutama ibu, mesti melaksanakan fungsi afeksi ini dengan baik agar jiwa anak tumbuh dengan sehat. Sebuah suasana keluarga yang hangat, romantis, dan penuh kasih sayang akan menumbuhkan kepribadian yang baik bagi anak dan dapat menghindarkan pengaruh psikologis yang tidak baik.

  1. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi keluarga sangat penting bagi kehidupan keluarga, karena merupakan pendukung utama bagi kebutuhan dan kelangsungan keluarga. Fungsi ekonomi keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaannya serta penggunaannya. Pelaksanaan fungsi ekonomi keluarga oleh dan untuk semua anggota keluarga mempunyai kemungkinan menambah saling pengertian, solidaritas, dan tanggung jawab bersama dalam keluarga itu. Pemenuhan fungsi keluarga ini mesti dilakukan secara wajar, artinya tidak kekurangan atau berlebihan karena dapat membawa pengaruh negatif bagi anggota keluarga itu sendiri.

  1. Fungsi Edukatif atau Pendidikan

Fungsi edukatif atau fungsi pendidikan keluarga merupakan salah satu tanggung jawab yang paling penting yang dipikul oleh orang tua. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Yang berperan melaksanakan pendidikan tersebut adalah ayah dan ibunya. Kehidupan keluarga sehari-hari pada saat-saat tertentu beralih menjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak-anaknya.

Dalam lingkungan keluarga anak-anak dididik mulai dari belajar, berjalan, sikapnya, perilaku keagamaannya, dan pengetahuan serta kemampuan lainnya. Memang karena sekarang berbagai kemampuan yang harus dikuasai anak begitu kompleksnya, maka tidak semua hal dapat diajarkan atau dididik dari orang tua, sehingga anak-anak meski dikirim ke sekolah. Namun demikian pendidikan di keluarga tetap merupakan dasar atau landasan utama bagi anak (khususnya dalam pembinaan kepribadian) untuk mengembangkan pendidikan selanjutnya.

  1. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi mempunyai kaitan yan sangat erat dengan fungsi pendidikan, karena dalam fungsi pendidikan terkandung upaya sosisalisasi, yang pertama di lingkungan keluarganya. Orang tua mempersiapkan dia untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.

Di lingkungan keluarganya anak dilatih untuk hidup bermasyarakat dibina dan dikenalkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya, sehingga pada masanya anak benar-benar siap terjun di tengah-tengah masyarakat. Dengan melaksanakan fungsi sosialisasi ini dapat dikatakan bahwa keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial di masyarakat.

  1. Fungsi Religius atau Agama

Keluarga mempunyai fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Untuk melaksanakannya orang tua sebagai tokoh inti dalam keluarga itu serta anggota lainnya terlebih dahulu haurs menciptakan iklim atau suasana religus dalam keluarga itu.

Pembinaan rasa keagamaan anak lebih awal akan lebih baik. Di lingkugan keluargalah pertama-tama anak mesti dibiasakan dalam kehidupan beragama tersebut. Anak akan mempunyai keyakinan agama dan landasan hidup yang kuat jika keluarga mampu melaksanakan fungsi religius ini dengan baik.

  1. Fungis Protektif atau Perlindungan

Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau fungsi memberikan perlindungan bagi seluruh anggota keluarga. Di antara alasan seseorang melangsungkan perkawinan dan membentuk keluarga adalah untuk mendapatkan rasa keterjaminan dan keterlindungan hidupnya, baik secara fisik (jasmani) maupun psikologis (rohani).

Misalnya seorang istri akan merasa hidupnya terjamin dan terlindungi serta tentram di samping suaminya. Dalam keluarga anak-anak pun terasa terlindungi oleh kasih sayang kedua orang tuanya. Pendidikan yang diterima anak pada dasarnya juga bersifat melindungi, yaitu melindungi anak dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan dari hidup yang tersesat. Sosialisasi yang diterima anak di lingkungan keluarga juga memberikan rasa aman untuk mampu bergaul dalam lingkungan sosial masyarakatnya. Jadi fungsi perlindungan dari keluarga terhadap anak meliputi perlindungan lahir dan batin.

  1. Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi ini ini tidak berarti bahwa keluarga seolah-olah harus berpesta pora atau selalu berekreasi di luar rumah. Rekreasi itu dirasakan orang apabila ia menghayati suatu suasana yang tenang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar dan santai serta kepada yang bersangkutan memberikan perasaan bebas terlepas dari kesibukan sehari-hari.

Fungsi rekreasi sangat penting bagi anggota keluarga, karena dapat menjamin keseimbangan kepribadian anggota-anggota keluarga, mengurangi ketegangan perasaan, meningkatkan saling pengertian, memperkokoh kerukunan dan solidaritas keluarga, meningkatkan rasa kasih sayang dan sebagainya.

  1. Fungsi Pengendalian Sosial

Keluarga dapat berperan sebagai agen pengendali sosial (social control) bagi anggota-anggota, keluarga dapat melakukan upaya preventif (pencegahan) terhadap anggotanya agar tidak melakukan perilaku menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat melakukan upaya kuratif, misalnya dengan mengingatkan, menyadarkan ataupun menghukum anggota keluarganya yang telah melakukan perilaku yang menyimpang atau melanggar nilai dan norma keluarga maupun masyarakat.

 

 


BAB III

TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN KEPRIBADIAN ANAK

DI LINGKUNGAN KELUARGA

 

  1. A.    PENDIDIKAN DI LINGKUNGAN KELUARGA
  1. Pendidikan Agama

Pendidikan agama termasuk aspek-aspek pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh para pendidik terutama orang tua, pendidikan agama pada masa anak-anak, seharusnya dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan membiasakannya kepada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena si anak dalam umur ini belum dapat mengerti, mereka dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa menerima perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka kaan tertanamlah rsa keadilan itu dalam jiwanya dan menjadi salah satu unsur kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit harus masuk dan dalam pembinnaan mental si anak.

Pendidikan agama harus diberikan kepada si anak sejak ia kecil, sehingga nanti kalau ia sudah dewasa akan mudah baginya untuk menerimanya karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadiannya itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak-hak orang lain. Ia selalu didesak oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada dasarnya tidak mengenal batas-batas, hukum-hukum dan norma-norma. Tetapi jika dalam kerpibadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur  agama, maka segala keinginan dan kebutuhannya akan dipenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum-hukum dan norma-norma sosial.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh orang tua atau pendidik dalam pendidikan agama, M. Jameel Zaeno menyatakan yaitu :

  1. Melatih anak-anak untuk mengadakan kalimat syahadat dan menjelaskannya.
  2. Menanamkan rasa cinta dan iman kepada Allah dalam hati mereka, karena Allah adalah pencipta, pemberi rizki dan penolong satu-satunya tanpa ada sekutu bagi-Nya.
  3. Memberi kabar gembira kepada mereka dengan janji sorga bagi orang-orang yang mengerjakan shalat, puasa, zakat serta berbuat baik terhadap kedua orang tua. Dan menakuti mereka dengan neraka, bagi orang-orang yang meninggalkan shalat, mencuri, melawan orang tua, berzina dan sebagainya.
  4. Mengajarkan anak-anak untuk meminta dan memohon pertolongan hanya kepada Allah semata.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan agama bagi anak sangat penting. Tanpa pendidikan agama yang baik, anak tidak akan mengenal tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Mereka tidak dapat mewujudkan makna kemanusiaan yang utama, tidak dapat berbuat adil dan mulia. Dengan pendidikan agama diharapkan anak mempunyai kepribadian yang baik, menjadi anak yang shalih dan shalihah serta menjadi anak yang berguna bagi agama dan bangsa.

  1. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak berkaitan erat dengan pendidikan agama, hampir sepakat para filosof pendidikan Islam bahwa pendidikan adalah akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan akhlak. Asnelly Ilyas (1995) mengatakan para ahli pendidikan Islam sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah mencuci otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka tahu, tetapi maksudnya adalah mendidik akhlak dan jiwa mereka dengan menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehiudpan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuannya utama pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan keimanan kepada anak-anaknya melalui keluarga. Ahmad Tafsir (1992) menyatakan ada beberapa prinsip yang sebaiknya diperhatikan oleh orang tua dalam penanaman iman di hati anak-anaknya di rumah tangga, yaitu :

  1. Membina hubungan harmonis dan akrab antara suami dan istri.
  2. Membina hubungan harmonis dan akrab antara orang tua dan anak.
  3. Mendidik (membiasakan, memberi contoh dan lain-lain) sesuai dengan tuntunan Islam.

Prof. Dr. Zakiyah Daradjat (1995) mengatakan bahwa pendidikan akhlak dimulai sejak umur TK dan SD itu sangat penting. Begitu pula pada anak usia  SMP, perlu diajarkan akhlak, karena pada usia ini anak berada pada masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Kegoncangan timbul, badannya tinggi, makannya banyak, suara besar, teman pergaulannya meluas termasuk dengan lawan jenis. Suasana seperti ini penuh dengan kegoncangan-kegoncangan. Maka para orang tua dan pendidik harus mampu memberi ketentraman bagi anak dan kelakuan-kelakuan menyimpang perlu ditegur dengan cara baik supaya tidak merasa tersinggung. Contoh-contoh baik yang diberikan oleh guru kepada mereka sangat penting.

Jadi pendidikan akhlak atau pembentukan tingkah laku yang baik pada anak ditanamkan sejak waktu kecil. Karena itu kewajiban bagi orang tua atau pendidik untuk menanamkan kebiasaan baik kepada anak-anaknya. Membiasakan sesuatu yang baik dan menghindarkan diri dari sesuatu yang tercela sehingga tercapai tujuan pokok pendidikan Islam agar manusia (anak) hidup dalam kesucian, penuh keikhlasan dan dijauhkan dari perbuatan aniaya atau dengan satu kata dapat disimpulkan hidup dalam fadilah.

  1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah salah satu aspek pendidikan yang penting dan tidak dapat lepas dari pendidikan yang lain. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan salah satu alat utama bagi pendidikan rohani (pendidikan agama dan akhlak). Pendidikan jasmani disini maksudnya adalah pendidikan erat kaitannya dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani anak-anak.

Pendidikan jasmani di samping bertujuan untuk membentuk kepribadian, juga mempunyai tujuan lain, yaitu :

  1. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan badan, seperti alat-alat pernafasan, peredaran darah, pencernaan makanan, melatih otot dan urat-urat saraf, dan melatih kecekatan dan ketangkasan.
  2. Memupuk perasaan sosial seperti tolong-menolong dan setia kawan, yang umumnya dapat dicapai dengan permainan-permainan, rombongan dan bekerja kelompok.
  3. Memupuk perkembangan fungsi-fungsi jiwa seperti kecerdasan, ingatan, kemauan dan lain-lain.
  1. Pendidikan Sosial

Keluarga mempunyai peranan yang fundamental dalam menumbuhkembangkan kepekaan sosial anak, perkembangan sosial anak harus dimulai dari lingkungan keluarga. Yang dimaksud dengan pendidikan sosial merupakan pendidikan sosial anak sejak dini agar terbiasa melakukan tata krama sosial yang utama, yang bersumber dari aqidah islamiyah yang abadi dan emosi keimanan yang mendalam di lingkugan keluarga yang berkelanjutan di lingkungan masyarakat. Pendidikan sosial merupakan fenomena tingakh laku yang dapat mendidik guna melakukan segala kewajiban sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain secara baik yaitu menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang kecil.

Kondisi masyarakat kita bersifat heterogen, tetapi bukan keadaan yang perlu dihindarkan. Orang tua dan pendidik harus selalu memberikan informasi kepada anak bahwa perbuatan yang benar akan melahirkan sikap dan yang benar dan terpuji. Bila lingkungan masyarakat dipandangnya “berbahaya” bagi perkembangan dan kepribadian dan merusak adat  istiadat serta perilakunya dalam keluhuran kebaikan akan segera dihindarkan atau dijauhkan dari anak. Drs. Hasan Basri (1995) sesuai dengan ungkapan lama bahwa usaha pencegahan lebih baik daripada upaya penyembuhan, inilah yang dituju oleh anak-anak dan generasi muda.

Pendidikan sosial penting diajarkan atau ditanamkan kepada anak sejak dini. Diantara pendidikan sosial tersebut adalah perasaan persaudaraan, saling mencintai, saling menghormati, bekerja sama, saling tolong menolong serta menjauhi sifat sombong, rendah diri, kasar, fitnah dan sifat-sifat tercela lainnya. Bila anak mendapat pendidikan yang baik, mereka bisa memilih teman bergaul yang baik, dan dapat menjauhkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif.

 

  1. B.     PSIKOLOGI ANAK
    1. 1.      Perkembangan Siswa Sekolah Dasar
      1. a.      Perkembangan Intelektual

Jean Piaget berpendapat bahwa anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksud Piaget sebagai skema (schemata) menurut Piaget. Skema itu merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental. Sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan lingkungan. Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong untuk menggunakanannya. Jalan yang ditempuh anak dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung pada skema yang dimilikinya. Anak-anak mengerti dunianya melalui skemanya sehingga anak berusia 3 tahun mengerti bahwa mainan mobil-mobilan itu menarik, namun tidak demikian bagi bayi yang usia 4 bulan. Karena mainan tersebut tidak dapat diisap atau dibunyikan.

Beberapa tahap perkembangan anak menurut Jean Piaget :

  1. Tahap Sensori Motor

Tahap sensori motor berlangsung secara tidak mulus sejak dari kelahiran bayi hingga bayi berusia dua tahun . bayi yang baru lahir memiliki sangat sedikit skema yang ada di dalam kandungan, dan skema ini hanya memungkinkan bagi bayi untuk menggenggam, mengisap dan memiliki benda. Sifat ini terus berlangsung hingga anak berusia 8 bulan, anak-anak yang berusia 8 hingga 12 bulan akan berusaha mencari mainan yang disembunyikan di tempat yang biasa digunakan sebagai tempat persembunyian mainan tersebut pada akhir sensori motor, anak sudah mengembangkan beberapa pengertian mengenai hubungan antara pergerakan otot mereka sudah mulai menghasilkan kata-kata dan dapat menggunakannya untuk menggambarkan serta bertindak di dalam lingkungannya sebagai kegiatan fisiknya.

  1. Tahap Praoperasi

Tahap ini biasanya dari usia dua hingga tujuh tahun dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anak mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya, dan karenanya mampu pula menduga sesuatu hal yang lebih baik. Pandangan ini masih dalam bentuk yang sederhana, misalnya mereka cenderung untuk berlalu menyamaratakan dengan memanggil semua orang laki-laki dewasa sebagai “ayah”. Intelek anak di atas oleh ego sentrisitas (ego centricity) dia tidak menyadari bahwa orang lain mungkin mempunyai pandangan dunia yang berbeda dengannya. Berakhirnya tahap praoperasi ini ditandai dengan anak-anak mulai mengkonsentrasikan angka dan kemudian volume.

  1. Tahap Operasi Kongkret

Di dalam periode operasi kongkret yang berlangsung selama usia 7 tahun hingga 11 tahun. Anak masih tergantung pada rupa benda, namun dia telah mampu mempelajari mengenai lingkungan dan telah pula mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat menggunakan logika sederhana di dalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali dia berhadapan dengan benda nyata, namun belum dapat memecahkan masalah yang bersifat verbal.

 

 

  1. Tahap Operasi Formal

Fase operasi formal berlangsung sejak usia 11 tahun hingga menginjak remaja. Pada tahap ini anak-anak belajar mengenai kaidah yang lebih canggih, mereka dapat mengembang hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah Piaget menjelaskan bahwa urutan tahapan perkembangan anak tidak pernah berubah hanya saja ada beberapa anak  yang mampu melewati tahapan itu lebih cepat dari pada anak-anak yang lain.

Bila kita lihat dari perkembangan individu, masing- masing kemampuan atau beberapa kemampuan terdapat pada tahap masa sekolah tertentu, sebagai contoh pada masa usia diperguruan tingi lebih banyak digunakan intelektual dan pemahaman intelektual yang lebih tinggi. Kemahiran intelektual seseorang semakin meningkat, dengan semakin dikuasainya berpikir yang tidak berperaga itu.

 

  1. b.      Perkembangan Kognitif

Piaget membagi fase perkembangan kognitif sebagai berikut

Umur

Fase

  1. 0 – 2
  2. 2 – 7
  3. 7 – 11
  4. 11 – 16
Sensori Motor

Intuitif atau Praopeasional

Operasi Kongkret

Operasi Formal

 

1).   Fase Sensori Motor (0 – 2 tahun)

Aktivitas kognitif pada fase ini didasarkan terutama atas pengalaman langsung melalui pancaindra aktivitas dan lingkungan. Anakt terikat pada pengalaman langsung, tetapi ia belum dapat mengelompokan pengalamannya. Tiap pengalaman merupakan pengalaman baru kualitas pengalaman itu sangat penting, seorang bayi berumur enam bulan mulai dapat mengikuti dengan matanya, sebuah benda yang bergerak ke kanan dan ke kiri, berpuluh-puluh kali sesuai dengan gerakan benda itu, pengalaman itu baru berganti, bila lingkungannya berubah. Perkembangan “visual pursuit” (satu tingkah laku sensori motor) sangat penting dalam perkembangan mental. Visual pursuit perlu dipelajari dulu sebelum anak dapat mempelajari sebuah konsep yang sangat penting yaitu objek permanence (objek yang mantap). Bila anak secara intelektual berkembang, ia akhirnya dapat mengerti bahwa jika sebuah objek lenyap dari penglihatan, benda itu tetap ada, walaupun tidak nampak lagi.

2).  Fase Intuitif atau Praoperasional (2 – 7 tahun)

Selama periode ini kualitas berfikir ditransformasikan. Anak tidak lagi terikat pada lingkungan sensori yang dekat, ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan mental yang terbentuk dalam kesanggupan menyimpan tanggapan. Anak berusia dua tahun menguasai kira-kira 200 sampai 300 kata, sedang anak berumur lima tahun dapat menguasai sekitar 2.000 kata. Fase ini penting untuk perkembangan bahasa. Dianjurkan orang dewasa untuk bercakap-cakap dengan anak, membacakan cerita-cerita, mengajarkan nyanyian-nyanyian dan sajak. Jadi berkomunikasi dengan anak dengan menggunakan bahasa, pada masa ini anak gemar meniru, anak telah mampu menerima khayalan dan pengertian yang tidak logis, ini dapat mempunyai teman khayalan, dapat bercerita hal-hal yang fantastis, ia tidak teringat pada realitas, sehingga ia dapat berbicara dengan kursi, dengan binatang, dan sebagainya. Anak berlatih sendiri menggunakan bahasanya, sering ia berbicara sendiri. Piaget menamakannya “collective monologue”. Perlu diingat bahwa pengertian anak secara kualitatif berbeda dengan pengertian orang dewasa, pengertian anak diliputi imajinasi.

 

 

 

3).  Fase Operasi Kongkret (7 – 11 tahun)

Fase ini menurut Piaget menunjukan suatu reorganisasi dalam struktur mental anak. Aktivitas anak pada fase ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan, anak prasekolah tunduk pada peraturan tanpa mengerti maknanya, anak sekolah dasar menaati peraturan, karena peraturan itu mempunyai nilai-nilai fungsional. Anak berfikir harfiah sesuai dengan tugas yang diberikan. Tidak jarang ada orang tua yang marah dan mengalami frustasi bila mereka ingin membantu anak dalam menyelesaian pekerjaan rumahnya karena anak mengatakan “tapi menurut kata bu Guru tidak begitu”. Sedangkan orang tua ingin meyakinkan anak bahwa pecahan dan angka decimal sama saja, tidakkah dengan demikian anak terjepit antara kehendak orang tua dan kepemimpinan Guru.

4).  Fase Operasional Formal (11-16 Tahun)

Dalam fase ini, yang kira-kira jatuh bersamaan dengan masa pubertas, anak-anak dapat mengembangkan pola-pola berfikir formal sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh “strategi” yang logis, rasional, dan abstrak. Mereka dapat menangkap arti simbolis, arti kiasan, kesamaan dan perbedaan, mereka dapat menyimpulkan efektif dari membaca sajak, turut serta bermain dalam suatu pementasan lebih berguna daripada menontonnya.

 

  1. c.       Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan hal yang hakiki yang membedakan manusia dengan binatang. Bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan emosi. Bahasa juga dipakai untuk mencari informasi, mengungkapkan penalaran individu, memberi jalan keluar bagi perasaan dan emosi, membangkitkan perbuatan pada orang lain.

Berbahasa merupakan suatu tingkah laku yang membantu membentuk dunia si anak, yang membawanya dari dunia egosentris kepada dunia sosiosentris. Belajar berbahasa atau berbicara merupakan suatu proses yang panjang dan rumit. Anak belajar berbicara sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan utama anak-anak yang merupakan insentif baginya untuk belajar berbicara adalah :

  1. Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, dan kemudian mengenal dirinya sendiri dan kawan-kawannya (2-3 tahun).
  2. Memberi perintah dan menyatakan kemauan-kemauan
  3. Bergaul sosial dengan orang lain.
  4. Menyatakan pendapat dan ide-idenya.

Pada masa prasekolah seringkali anak mengalami kesukaran untuk mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Kebanyakan anak-anak menjadi gugup oleh karena orang tuanya mereka menganggap mereka demikian. Gugup merupakan pencerminan ketegangan emosional sebagai akibat hubungan orang tua yang kurang serasi, anak yang mengalami kesukaran dalam berbahasa menunjukan tanda-tanda ketidakseriasian dalam perkembangan.

 

  1. d.      Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik mempengaruhi tingkah laku, dan tingkah laku selanjutnya mempengaruhi pula pertumbuhan fisik.

  1. Pertumbuhan fisik yang normal

Perubahan fisik anak membawa pengaruh yang besar pada sikapnya terhadap orang lain, keadaan fisik anak mempengaruhi reaksinya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Menyadari bagaimana pandangan orang lain tentang ukuran badannya atau rupanya secara umum berpengaruh pula terhadap konsep dirinya.

  1. Siklus Pertumbuhan

Siklus pertumbuhan memperlihatkan adanya 4 periode yang berrbeda, dua ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan dua lagi ditandai dengan pertumbuhan yang cepat. Sejak lahir hingga usia dua tahun terjadi pertumbuhan yang cepat, kemudian diikuti dengan pertumbuhan yang lambat sampai masa pubertas atau kematangan seksual (8-11 tahun). Sejak itu hingga usia 14 tahun terjadi pertumbuhan yang cepat, dan ini diikuti oleh periode pertumbuhan yang tiba-tiba lambat hingga masa dewasa. Oleh karena itu, pertumbuhan adalah proses yang banyak memerlukan energi, maka perlu diperhatikan pemberian beban kepada anak yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

  1. Ukuran Tubuh

Ukuran kecil atau besar tubuh ditentukan oleh tinggi dan berat badannya, ukuran tubuh mengikutinya pula, perkembangan yang banyak sekali persamaannya, bertambahnya berat badan adalah sejalan dengan pertambahan tinggi badan atau sebaliknya.

  1. Proporsi Fisik

Pada waktu lahir, proporsi anak sangat berbeda dari proporsi badan orang dewasa. Pada umumnya, perubahan pada proporsi mengikuti hukum arah perkembangan, perubahan-perubahan proporsi yang pertama terlibat pada bagian kepala dan kemudian pada batang tubuhnya, sedangkan tangan dan kaki serta bagian-bagian tubuh yang paling belakang mencapai kematangan prosporsinya.

  1. Kesehatan Fisik

Anak-anak yang kesehatannya sangat kurang, walaupun ia tidak menderita sakit atau sama sekali tidak sakit akan terlambat dalam pertumbuhan mental fisiknya. Sakit pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi tingkah laku dan sikap si anak.

  1. Cacat Fisik

Cacat Fisik yang umum diderita anak-anak ialah cacat gigi, cacat bicara, cacat penglihatan dan pendengaran, gangguan pada system saraf dan kelainan fisik lainnya. Akibat yang paling umum dari rintangan fisik ini terhadap kepribadian anak ialah berkembangnya rasa malu dan rasa rendah diri.

 

 

  1. e.       Perkembangan Emosi

Pengaruh emosi terhadap keadaan fisik anak biasa berakibat sangat merugikan terutama bila emosi-emosi itu amat kuat dan sering dialami.

1).  Pola Perkembangan Emosi

Pada saat anak dilahirkan tidak terdapat emosi-emosi yang menyenangkan, yang ada hanyalah rasa atau keadaan tenang, dua bulan pertama rasa senang dan ketidaksenangan mulai tampak. Setelah usia 6 bulan, emosi-emosi negatif mulai menonjol, pertama ia mulai cemas, 2 bulan kemudian emsoi menguasai benda permainan muncul, antara bulan ke 9 dan 10 rasa cemburu mulai timbul dan usia 10 – 12 rasa kecewa, marah, cinta, simpati, keramahan, kegembiraan, semuanya sudah dapat dibedakan.

2).  Proses Perkembangan Emosi

Perkembangan emosional dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kematangan dan belajar. Reaksi emosional tidak muncul sejak awal kehidupan, tidak berarti bahwa itu tidak dibawa sejak lahir.

Jenis-jenis emosi yang umum pada anak-anak yaitu : takut, cemas, marah, cemburu, kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, kasih sayang dan ingin tahu. (Dra. Noorsuparyanti : 1995).

 

  1. 2.      Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
    1. Karakteristik Umum

Masa usia sekolah dasar dikatakan sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6 – 11 tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar dan pertama kalinya menerima pendidikan formal. Seorang ahli berpendapat bahwsa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar sebab mereka sudah berusaha untuk mencapai sesuatu. Di samping perkembangan aktifitas bermain yang hanya bertujuan untuk mendapat kesenangan pada waktu melakukan aktifitasnya sendiri. Masa keserasian sekolah dapat diperinci menjadi 2 fase, yaitu : masa kelas rendah, sekolah dasar  6 – 9 tahun, dan masa-masa kelas tinggi yaitu 9 – 12 atau 13 tahun.

  1. Karakteristik Khusus

1). Faktor Intelektual

Faktor intelektual dari siswa ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi khususnya melalui konsep dan berbagai lambing intelektualitasme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Pikiran mempunyai kedudukan yang boleh dikatakan menentukan. Menurut Gagne, kemahiran intelektual seseorang semakin meningkat, dengan semakin dikuasainya cara berpikir yang abstrak. Dalam berpikir yang abstrak sangat menonjolah kemahiran intelektual yang memungkinkan orang memperoleh pemahaman yang menggunakan konsep, kaidah dan prinsip.

2). Faktor Kognitif

Faktor kognitif ciri khasnya terletak pada belajar memperoleh pemahaman dan menggunakan bentuk-bentuk representative yang mewakili objek-objek yang dihadapi entah apakah itu orang, benda, kejadian, atau peristiwa. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif yang membuat orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperolehnya.

3). Faktor Verbal

Yang dimaksud dengan faktor verbal pada masa usia sekolah adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa. Dasar-dasar atau pondasi bahasa diletakan pada masa kanak-kanak. Oleh karenanya masa pra sekolah merupakan periode yang krisis dalam pola pengembangan bahasa. Anak memahami arti kata yang diucapkan oleh orang lain berkembang cepat dan pada masa ini. Perbendaharaan kata tumbuh secara berlipat ganda pada masa sekolah secara samar-samar, ia mengetahui arti banyak kata-kata dan dapat memahaminya bila dirangkaikan menjadi bentuk kalimat.

4). Faktor Motorik

Masa kanak-kanak akhir biasanya akan senang mengulang-ulang sesuatu kegiatan sampai benar-benar menguasainya, ia suka berpetualang tidak takut dengan ancaman-ancaman bahaya atau cemoohan temannya. Untuk pencapaian dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan berjalan dengan efektif maka harus diarahkan dengan latihan-latihan, dengan berlatih akan tercapai peningkatan, baik dalam kecepatan atau ketepatan.

5). Faktor Emosional

Emosi-emosi yang umum dialami pada tahap perkembangan ini adalah marah, takut, cemburu, kasih sayang, rasa ingin tahu dan kegembiraan menginjak masa sekolah anak segera menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima masyarakat. Dengan demikian ia mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar mengendalikan emosinya. (Dra. Noorsuparyanti : 1995).

 

  1. 3.      Pengaruh Psikologi Anak

Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan terus menerus sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Setiap mahluk hidup mempunyai perkembangan yang berbeda-beda setiap masa maupun ketepatan waktunya.

  1. Faktor Lingkungan

Lingkungan yaitu orang-orang yang paling dekat dan banyak mempengaruhi dalam psikologi anak. Kehidupan manusia dalam hal ini khususnya anak terdapat banyak kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam interaksi dengan individu-individu diluar dirinya. Faktor lingkungan secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan individu seperti halnya dengan kebudayaan, maka akan terbentuklah sikap kebiasaan-kebiasaan dan kepribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan.

  1. Faktor Keluarga

Keluarga adalah orang yang paling dekat dengan kita terutama orang tua, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan dalam perkembangan psikologi anak, jika di dalam keluarga sering terjadi pertengkaran, perkelahian dan sebagainya maka akan berpengaruh besar kepada anak, terkadang anak merasa minder dan juga melamun oleh karena itu penyesuaian diri pada umumnya sangat tergantung kepada kehidupan keluarga.

  1. Faktor Sekolah

Dalam kehidupan anak didik kehidupan masyarakat yang dipunyai adalah masyarakat di sekolah dan juga teman- teman bermain, disinilah anak harus pandai-pandai mencari teman, sekolah yang baik menerapkan peraturan peraturan. Kedisiplinan akan berpengaruh pada jiwa anak. Untuk berdisiplin tentunya peranan guru sangat dibutuhkan dalam mendidik dan mencontoh perilaku yang baik, sebab di sekolah anak hanya patuh kepada gurunya, maka guru harus bisa menjadikan sekolah sebagai suasana yang harmonis sehingga anak menjadi senang. (Dra. Siti Sundari : 2004).

 

  1. C.    ANALISIS TENTANG PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
  1. Pengertian Kepribadian

Banyak ahli yang mengemukakan konsep-konsep kepribadian (personality), seorang ahli kedokteran ataupun psikologi dari Yunani, Hipocrates lebih melihat kepribadian sebagai cairan biokimia dalam tubuh yang memiliki pengaruh pada perilaku individu, yang kemudian diistilahkan dengan temperamen, lalu Hipocrates membagi temperamen menjadi 4 macam, yaitu Sanguinis, Melankolis (murung), Plegmatis ataupun Khoierik (Surabrata 1988). Sementara itu AllPort mendefinisikan kepribadian sebagai organisme psikofisiologis yang dapat dipergunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, organisme psikis meliputi bakat, minat, sikap, kecerdasan, emosi kemampuan berpikir, berimajinasi dan memori sedangkan organisme fisik berhubungan dengan aspek fisik seperti tinggi badan, berat badan dan kurus gemuk (Hall dan Lindzay, 1978; Morgen, et al, 1986).

Kepribadian sulit untuk diukur sebab perilaku tidak selalu mencerminkan diri individu yang sebenarnya. Jadi kepribadian didefinisikan sebagai organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisis dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungan.

 

  1. Aspek-Aspek Kepribadian
  1. Aspek Biologis

Kenyataan yang bersifat biologis dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang. Seorang ahli berpendapat yaitu Kretchmer bahwa kepribadian dapat dilihat dari bentuk tubuh. Bentuk tubuh bisa mempengaruhi aspek biologis, tidak sedikit orang yang merasa minder karena bentuk tubuhnya yang kurang bagus yang mengakibatkan rasa tidak percaya diri dan merasa malu apabila bertemu dengan orang lain.

Dari segi fisik (pembawaan psikologis) seseorang ada yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya bentuk mata, letak hidung, dan termasuk bentuk anggota badan, ada yang pada mulanya bentuk tubuhnya bagus karena terserang penyakit maka menjadi kurang sempurna, dengan demikian antara pembawaan dan pengaruh dari luar saling mempengaruhi.

  1. Aspek Psikologis

Perkembangan psikologis seseorang tidak nampak jelas seperti pada perkembangan biologis, tetapi mengarah kepada tingkah laku setiap individu dan lainnya. Tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang dapat mencerminkan kepribadian yang ada pada dirinya. Golongan dewasa muda secara fisik. mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima sehingga mereka giat melakukan berbagai aktivitas itu sampai menghabiskan waktu akibat lupa mengurus diri sendiri, hal ini ditopang kondisi fisik yang sehat dan juga kemauan yang tinggi, hal ini dapat mencerminkan kepribadian seseorang. (Dra. Etty Kartikawaty : 1992).

  1. Aspek Sosial

Dalam masa remaja cakrawala interaksi sosial telah meluas dan kompleks, selain berkomunikasi dengan keluarga juga dengan sekolah dan masyarakat umum yang terdiri atas anak-anak maupun orang dewasa dan teman sebaya pada khususnya, bersama itu mulai memperhatikan dan mengenai norma-norma yang berlaku serta melakukan penyesuaian diri ke dalam sosial, tidak bisa kita pungkiri bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dimana kita tinggal. Setiap individu tidak bisa sendiri tanpa pengaruh dari lingkungan sosial yang dekat dengannya., yang berarti bahwa manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan yaitu sosial dan individu keduanya saling berkaitan satu sama lain.

 

  1. Pengaruh Perkembangan Kepribadian
  1. Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat memberikan bekal ilmu kepada para siswa, namun selain itu juga bergungsi sebagai salah satu pembentukan kepribadian anak, juga berfungsi sebagai ikatan kelompok anak-anak di sekolah merasakan bahwa sekolah adalah bagian dari kehidupan, dalam kenyataan sering kali sekolah menjadi sumber frustasi bagi sebagian anak-anak, frustasi tersebut dapat berasal dari berbagai sumber antara lain adalah persepsi (pandangan) yang negatif terhadap suasana di sekolah, persepsi yang negatif terhadap perilaku guru, banyak peraturan yang menurut murid tidak perlu dan lain-lain.

  1. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah suatu subsistem di dalam kehidupan anak yang ikut dalam pembentukan kepribadian. Suasana yang paling membingungkan pada anak akan terjadi apabila ada konflik norma di dalam masyarakat. Faktor-faktor lain yang membentuk kepribadian anak seperti film, bahan bacaan dan acara televise. Apabila tidak selektif akan merusak akhlak anak, pengaruh film sadis dan porno banyak dikutip oleh ahli sebagai penyebab kurang baiknya pertumbuhan akhlak anak.

  1. Lingungan Keluarga

Ahli psikologi pada umumnya berpendapat bahwa dasar pembentukan akhlak yang baik bermula dari dalam keluarga. Contoh yang paling mudah ditiru oleh si anak adalah perilaku kedua orang tuanya. Kepribadian anak sulit untuk berkembang dengan baik apabila sering terjadi konflik di dalam keluarganya. Para ahli berpendapat bahwa suasana rumah yang terdapat konflik antara suami dan istri akan menyebabkan anak mengalami ketegangan emosi yang sering kali akan melampiaskan dalam bentuk perilaku negatif, seperti penggunaan narkotika, perkelahian, kebut-kebutan di jalan raya dan perilaku lain. (Dr. Djamaludin Ancok : 2001).


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

  1. A.    KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan satuan sosial yang paling dasar dan terkecil di dalam masyarakat. Keluarga dapat hanya terdiri atas dua orang, yaitu suami dan istri, atau ditambah dengan adanya anak-anak, baik yang dilahirkan ataupun diadopsi. Lingungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan mendasar dalam rangka membentuk kepribadian anak yang tangguh.

Orang tua dalam mendidik putra-putrinya dalam lingkungan keluarga dapat memberi contoh, seperti apa yang telah dilakukan oleh Luqman dalam mendidik anak-anaknya, karena di dalamnya telah mencakup pendidikan agama, akhlak, jasmani, dan pendidikan sosial. Luqman mendidik anaknya diantaranya dengan mulai bersyukur kepada Allah dan bijaksana dalam segala hal, kemudian yang dididik dan dinasehatkan kepada anaknya adalah kebulatan iman kepada Allah semata, akhlak dan sopan santun terhadap orang tua dan kepada semua manusia serta taat beribadah.

Pendidikan sosial berdasarkan tuntunan Islam juga harus diajarkan kepada anak sejak dini, diantaranya rasa persaudaraan, saling mencintai, saling mengasihi, hormat menghormati, bekerja sama, tolong menolong dan sebagainya. Bila anak mendapat pendidikan sosial yang baik, mereka dari pengaruh-pengaruh yang negatif.

Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, mulai sejak dalam kandungan sampai anak berumur lebih kurang 21 tahun. Kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang. Apabila kepribadian seorang anak kuat, maka sikapnya tegas, tidak mudah terpengaruh oleh bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar serta ia bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya.

 

 

 

  1. B.     SARAN

Pendidikan di lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dan fundamental dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Dengan pendidikan yang baik, terarah dan berkesinambungan akan menghasilkan pribadi-pribadi yang kuat, tegas dan bertanggung jawab.

Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

  1. Orang tua harus membimbing anak dalam belajar, kalau berhasil berilah hadiah atau pujian dan bila lengah berilah teguran sehingga anak merasa diperhatikan.
  2. Arahkan anak dalam memilih pergaulan jangan sampai salah memilih pergaulan.
  3. Didiklah anak seperti apa yang telah dilakukan oleh Luqman, meliputi pendidikan agama, akhlak, jasmani, dan pendidikan sosial.
  4. Orang tua hendaknya membantu anak dalam perkembangan kepribadiannya, arahkanlah pada hal-hal yang positif sehingga anak mempunyai kepribadian yang cakap, kuat, tegas, dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan setiap perkembangan atau perubahan yang ada pada diri anak. Sebab bila anak mempunyai kepribadian lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai faktor dan pengaruh dari luar.


DAFTAR PUSTAKA

 

Kartini Kartono, Dr. “Psikologi Anak (Psikolog Perkembangan), Bandung”, Bandar Maju. 1990.

F. J. Monks. Prof. Dr. Dkk. “Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya”, Yogyakarta, Gaja Mada University Press, 1992.

M. Ali Hasan. Drs. “Tuntunan Akhlak”, Jakarta, Bulan Bintang, 1978.

Zakiyah Darajat, Dr. “Kesehatan Mental”, Jakarta, Gunung Agung, 1975.

Abdul Azis Ahyadi. H. Drs. “Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila”, Bandung, Sinar Baru, 1991.

Tim Dosen FIP IKIP Malang, “Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan”, Surabaya, Usaha Nasional, 1987.

Hasan Basri, Drs. “ Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologis dan Agama” Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995.

BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga (Majalah Bulanan) No. 411 Tahun 2006.

BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga (Majalah Bulanan) No. 412 Tahun 2006.

Taufiq Rahman Dhohiri, Drs. Dkk. “Sosiologi”, Jakarta, Yudistira, 2002.

Bunyamin Maftuh, Drs. MPd dan Yadi Ruyadi, Drs. “Sosiologi I”, Bandung, GANECA, 1996.

 

 

 

 

 

 

 

Karya Tulis Ilmiah Hubungan Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa

 

KARYA TULIS ILMIAH

 

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disusun oleh :

Nama  :  S I B L I

NIM  :  1001037213

 

 

 

 

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

PJJ – UHAMKA

2011


KATA PENGANTAR

 

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Peran Orang Tua dalam Pendidikan”.

Adapun maksud dari penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA – PJJ UHAMKA Bogor.

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Semoga semua kebaikan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna dn masih terdapat kekurangan dan kesalahan baik dalam penyusunan kata, penulisan, maupun isi serta pembahasannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan penyusunan karya tulis lain di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi para pembaca.

 

 

Jasinga,  Juni 2011

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….. ii

BAB I   PENDAHULUAN………………………………………………………………………… 1

A.      Latar Belakang Masalah…………………………………………………………… 1

B.       Identifikasi Masalah………………………………………………………………… 2

C.       Pembatasan Masalah………………………………………………………………… 2

D.    Perumusan Masalah………………………………………………………………….. 2

E.     Tujuan Penelitian……………………………………………………………………… 2

BAB II  TINJAUAN TEORITIS………………………………………………………………… 3

  1. Deskripsi Teori………………………………………………………………………… 3
    1. Hakekat Perhatian Orang Tua……………………………………………….. 3
    2. Hakekat Hasil Belajar Siswa…………………………………………………. 6
  2. Kerangka Berpikir……………………………………………………………………. 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………………… 10

A.      Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………….. 10

B.       Variabel Penelitian…………………………………………………………………. 10

C.       Metode Penelitian………………………………………………………………….. 10

D.      Sampel ………………………………………………………………………………… 10

E.       Instrumen Penelitian………………………………………………………………. 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………… 12

A.      Deskripsi Data Hasil Penelitian……………………………………………….. 12

  1. Skor Perhatian Orang Tua (Variabel X) ……………………………….. 12
  2. Skor Hasil Belajar Siswa (Variabel Y) …………………………………. 13

B.       Interpretasi Data……………………………………………………………………. 14

C.     Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………………. 14

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………………………… 15

A.      Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 15

B.     Saran- saran ………………………………………………………………………….. 15

DAFTAR PUSTAKA

ii

 



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk melakukan bimbingan terhadap peserta didik oleh pendidik untuk menuju kedewasaan peserta didik.

Pendidikan juga dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu tujuan itu antara lain memberi bekal kecerdasan kepada anak untuk digunakan kelak dalam menjalani hidupnya setelah dewasa.

Di satu pihak pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia dengan perilaku yang sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat. Peserta didik harus mematuhi falsafah hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya.

Namun demikian tekanan utama tanggung jawab pendidikan adalah berada dipundaknya para orang tua. Walaupun pada hakekatnya tanggung jawab pendidikan itu terletak pada komponen-komponen keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk negara, dalam satu sistem pendidikan nasional.

Dalam kenyataan nampak kepada kita, bahwa secara empiris tidak semua orang tua, sebagai penanggung jawab utama, melakukan kewajibannya sesuai sebagaimana mestinya.

Perhatian orang tua terhadap anak seharusnya dilakukan secara sengaja, intensif dan terkonsentrasi dengan penuh rasa kasih sayang dalam pelaksanaannya demi prestasi belajar anak dan perkembangan kepribadiannya.

Dalam kaitan ini maka nampak ada kesenjangan antara keharusan orang tua melakukan kewajibannya dengan kenyataan di dalam praktek secara empiris. Hal ini menjadi menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut apakah kendala yang dihadapi para orang tua dalam menghantarkan anaknya guna mencapai prestasi belajarnya, baik di rumah maupun di sekolah. Apakah ada hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar anak atau siswa.

Oleh karena itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian itu dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul ”Hubungan Perhatian Orangtua Dengan Prestasi Belajar Siswa”

 

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

  1. Apakah perhatian orangtua ada hubungannya dengan perkembangan anak?
  2. Apakah ada hubungan perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa?
  3. Apakah kendala yang dihadapi orangtua adalam memberikan perhatian kepada anaknya?
  4. Adakah manfaatnya bagi anak, bila orang tua memberikan perhatian kepada anaknya?

 

C.    Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah kajian teoritisnya dan adanya keterbatasan penulis, maka penulis membatasi pada permasalahan hubungan perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas VI dalam mata pelajaran PPKn di SDN Curug 05 Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

 

D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara perhatian orangtua dengan prestasi belajar siswa ? “

 

E.     Tujuan Penelitian

Dari proses dan hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan kepada:

  1. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perhatian orangtua terhadap anaknya.
  2. Untuk mendorong memberikan perhatian yang penuh kasih sayang demi perkembangan kepribadian dan kecerdasan anak.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

  1. A.    Deskripsi Teori
    1. Hakekat Perhatian Orang Tua

Keluarga merupakan unit organisasi terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak. Maka secara umum orang tua bisa diartikan dengan ibu-bapak dari anak-anak yang dilahirkan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Bahwa : “Orang tua adalah sebagai ayah-ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang yang dihormati atau disegani di kampung.”

Unit yang paling kecil dalam mengemban tugas untuk membina kehidupan anak dalam pendidikan keluarga adalah orang tua, dan bertanggungjawab terhadap pendidikan anak dalam lingkungannya. Sejalan dengan hal tersebut, Thomas Gordon berpendapat dalam bukunya bahwa :

“Orang tua ialah pribadi yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak dan pendidikan anak, sehingga dia harus bersikap konsisten dalam perasaan menyayangi anak, bersikap toleran, menyampaikan kebutuhan pribadi anak dan bersikap adil”

 

Dari pendapat tersebut dinyatakan bahwa orang tua sebagai ayah dan ibu harus bersikap konsisten dalam rangka tanggung jawab sebagai orang tua amat diperlukan anak dalam masa perkembangan. Namun demikian tanggung jawab setiap orang tua memiliki sikap yang berbeda dalam menunjukan rasa kasih sayang, sikap toleran dan sikap perhatian.

Motivasi orang tua harus dapat mencipatakan harmonis dalam proses pendidikan yang berlangsung seumur hidup. Orang tua harus bersikap dan berperan sebagai motivator dalam membina kelangsungan hidup anak, agar memiliki keterampilan dan wawasan yang lebih luas. Orang tua sebagai motivator dalam membina kecakapan, harus dapat menumbuh kembangkan cara berfikir lebih luas dalam meningkatkan prestasi dalam sikap belajar anak. Apabila anak kurang perhatian orang tua akan terjadi brooken home, karena anak memerlukan perhatian dan kasih sayang orang tua.

Dalam kaitan ini, Hasbullah menyatakan dalam bukunya bahwa : “Orang tua adalah orang dewasa, maka merekalah yang bertanggung jawab terhadap anak dan orang tua adalah tempat menggantungkan diri bagi anak secara wajar untuk menerima perhatian dan kasih sayang”.

Sementara itu St. Meichati dalam bukunya berpendapat bahwa “Orang tua adalah pendidik yang pertama menanamkan dasar-dasar bagi perkembangan jiwa anaknya”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah orang dewasa yang bertanggung jawab untuk memberikan motivasi dalam menumbuh kembangkan keharmonisan membina kelangsungan hidup anak, agar memiliki keterampilan dan wawasan yang luas dalam cara berpikir guna meningkatkan prestasi dalam sikap belajar anak. Dengan memberikan dorongan, perhatian dan rasa kasih sayang. Sebab orang tua sebagai tempat menggantungkan diri bagi anak-anak secara wajar.

Pendidikan dalam keluarga harus menciptakan suasana yang dapat membina serta mengembangkan kreativitas anak di rumah. Orang tua harus bersikap terbuka dan menerima gagasan yang diungkapkan anak, sekalipun barang kali orang tua tidak setuju. Hal ini akan menimbulkan perasaan di hargai dalam diri anak serta mendorong keberanian untuk menciptakan kreatif anak.

Berkaitan dengan hal ini, A. Tabrani Rusyan berpendapat dalam bukunya sebagai berikut :

  1. Orang tua dalam keluarga harus menciptakan suasana yang mengenang, membina serta mengembangkan kreativitas anak di rumah.
  2. Orang tua dalam keluarga harus berupaya merangsang anak untuk menyelidiki, meneliti, bertanya dan mencoba.
  3. Orang tua dalam keluarga harus dapat berfungsi sebagai nara sumber anak di rumah terhadap sikap kreativitas belajar”.

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam keluarga yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya adalah pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang dan perhatian untuk merangsang dan membina kreativitas anak-anaknya dilingkungan keluarganya masing-masing. Oleh karena itu kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak-anaknya merupakan kasih sayang yang sejati, ini berarti orang tua harus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri.

Oleh karena itu tugas dan tanggung jawab dipundak orang tua sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga sangatlah berat. Sebab, baik dan buruknya pendidikan orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak sikap anaknya dikemudian hari.

Kehadiran anak dalam lingkungan keluarga, secara alamiah akan memberikan tanggung jawab terhadap orang tua, tanggung jawab orang tua terhadap anaknya berdasarkan atas motivasi cinta kasih sayang dan perhatian. Pada hakekatnya cinta kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anaknya dapat menjiwai tanggung jawab citra dan moral dalam memberikan pendidikan.

Dengan demikian orang tua pasti harus terlibat pada masalah cinta kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu setiap orang tua harus memahami tentang yang dimaksud dengan perhatian. Menurut pendapat Bimo Walgito yang dinyatakan dalam bukunya, perhatian adalah sebagai berikut:“Perhatian artinya merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek”.

Sedangkan menurut Agus Sujatno, bahwa perhatian adalah : “Konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dan sebagainya dengan mengenyampingkan yang lain dari pada itu ”.

Berkaitan dengan paparan di atas, maka perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi dari seluruh aktivitas jiwa kita terhadap seluruh pengamatan, pengertian terhadap sesuatu objek dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua ialah pemusatan kekuatan jiwa dan fisik dari orang tua terhadap anaknya dalam perkembangan dan pendidikan anaknya. Karena orang tua selalu memimpin dalam keluarga harus memiliki dan memberikan pendidikan yang terbaik dan terarah pada anaknya. Sehingga dari proses perhatian orang tua dalam keluarga terhadap anaknya menjadi tolak ukur keberhasilan sikap dalam belajar.

  1. Hakekat Hasil Belajar Siswa

Makna sikap secara sederhana dapat diartikan sebagai perbuatan pada pendirian seseorang baik pendapat dan keyakinannya yang berkaitan dengan kegiatan. Sedangkan menurut WJS. Poerwadaminta dalam kamus umum bahasa Indonesia yaitu : “Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan kepada pendiriannya baik pendapat maupun keyakinannya”.

Karena itulah sering dinyatakan bahwa apabila seseorang berpendapat dan meyakini perbuatannya dalam suatu bidang, baik pekerjaan, belajar dan kegiatan yang lainnya suka disebut hasil. Maka sikap pada hakekatnya merupakan perbuatan atas dasar pendirian yang diyakininya untuk mencapai suatu kesuksesan.

Sikap merupakan proses perbuatan dari setiap individu untuk meyakini kemampuan peserta didik menuju kesuksesan. Kesuksesan akan diraih tergantung pada hasil kekuatan tiap-tiap individu.

Kesuksesan tergantung pada perbuatan dalam menekuni suatu proses kegiatan. Kegiatan diawali dari suatu proses pembelajaran. Belajar merupakan kunci suatu proses yang dilakukan seseorang baik individu maupun secara kelompok. Dalam kaitan ini Slamenta menyatakan dalam bukunya sebagai berikut, bahwa : “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari paparan di atas, bahwa sikap merupakan proses dari setiap insane dalam pendapat dan keyakinan kemampuan seorang peserta didik untuk menentukan kesuksesan. Namun demikian, kesuksesan perlu diawali dari sikap belajar. Sebab sikap belajar merupakan kunci proses perbuatan kegiatan yang ditekuninya untuk mencapai keberhasilan.

Pandangan seseorang tentang hasil belajar akan mempengaruhi tindakan yang berhubungan dengan setiap orang yang mempunyai pendapat dan keyakinan dalam perbuatan tentang belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip.

Sikap belajar dalam tarap tinggi, terdapat pada manusia, yaitu belajar secara intelektual dengan pemahaman melalui berpikir, berbuat dan bersikap. Hasil belajar secara intelektual memerlukan penglihatan dan pemahaman objektif baik yang nyata maupun yang abstrak. Menurut Noehi Nasution sikap belajar memerlukan empat kondisi yang pundamental, yaitu : “Harus menginginkan sesuatu, perhatian sesuatu, melakukan sesuatu dan harus memperoleh sesuatu”.

Hasil belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu pendirian baik pendapat maupun keyakinan dalam perbuatan secara keseluruhan sebagai pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya. Maka pada hakekatnya sikap belajar merupakan suatu proses pendirian baik pendapat maupun keyakinan dalam perbuatan secara keseluruhan dalam memenuhi kebutuhan.

Setiap jenis sikap belajar merupakan suatu hasil belajar yang berlangsung di dalam diri pelajar, baik yang datang berdasarkan kondisi intern dan kondisi ekstern. Kondisi intern dan kondisi ekstern diwujudkan dengan cara yang berbeda-beda pada setiap sikap jenis belajar, seperti hasil belajar di sekolah. Maka pengaturan itu berlangsung melalui instruksi, yaitu menciptakan kondisi-kondisi ekstern menunjukan sikap kegiatan belajar diri siswa lebih didaktis. Dengan demikian hasil belajar merupakan kegiatan yang saling berhubungan dan berlangsung terus menerus secara aktif bukan kegiatan diam dan pasif.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa adalah perbuatan yang berdasar pendiriannya baik pendapat dan keyakinannya dalam belajar sebagai suatu proses penerapan secara intelektual baik yang datang secara ekstern maupun intern. Untuk menentukan kesuksesan yang ditekuninya melalui pemahaman dan penglihatan secara objektif baik yang nyata maupun yang abstrak. Penglihatan dan pemahaman itu datang berdasarkan kondisi intern dan kondisi ekstern, sehingga pada akhirnya siswa akan menentukan sikap belajar secara sungguh-sungguh sesuai dengan perbuatan pada pendiriannya atas dasar pendapat dan keyakinannya untuk memenuhi kebutuhannya.

 

  1. B.    Kerangka Berpikir

Kehadiran anak dalam keluarga secara alamiah akan memberikan tanggung jawab terhadap orang tua. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya berdasarkan atas dasar motivasi cinta kasih sayang dan perhatian orang tua. Pendidikan dalam lingkungan keluarga harus menciptakan suasana yang harmonis, dalam proses pendidikan selalu anak mendapatkan perhatian yang penuh untuk menumbuhkan mental dan jiwa anak dalam menentukan sikap belajarnya. Sebab, anak adalah tumpuan harapan bangsa, sebagai generasi penerus keturunan yang diharapkan memiliki potensi sumber daya manusia yang tangguh dan handal, maka pertumbuhan dan perkembangannya harus optimal dan disinilah perhatian orang tua sebagai peran yang utama.

Fungsi orang tua adalah untuk melaksanakan pendidikan terhadap anak dalam rangka perkembangannya. Salah satu tujuannya adalah memberikan bekal kecerdasan anak untuk digunakan kelak dalam menjalani kehidupannya.

Dalam rangka melaksanakan fungsi itulah orang tua harus mempersiapkan anak agar berprilaku yang sesuai dengan nilai, norma dan falsafah yang berlaku di masyarakat. Tanggung jawab utama ada pada orang tua, walaupun pihak sekolah dapat ikut terlibat dalam pendidikan anaknya. Maka perhatian orang tua terhadap anak seharusnya dilakukan secara sengaja, intensif dan terkonsentrasi dengan penuh rasa kasih sayang demi sikap belajar pada anaknya.

Akan tetapi sebagian besar orang tua kurang menyadari pentingnya perhatian orang tua dalam kasih sayang yang dialami dalam lingkungan keluarga. Anak dianggapnya tidak perlu perhatian dan kasih sayang dalam belajar, tanpa ada upaya memberikan motivasi dan perhatian orang tua sebagaimana mestinya kepada perkembangan anaknya, terutama perkembangan sikap belajarnya. Pemegang peran dalam meningkatkan sikap belajar adalah lembaga sekolah, tetapi itu semua tidak terlepas dari sejauh mana peran orang tua dalam lingkungan keluarga memberikan motivasi dan perhatian terhadap sikap belajar anaknya baik di rumah maupun di sekolah. Akhirnya anak memperoleh sikap belajar jauh dari yang diharapkan. Lebih banyak anak yang lalai dalam menjalankan tugas dan kewajiban karena kurangnya perhatian orang tua dalam lingkungan keluarga.

Dari uraian di atas, maka diduga ada keterkaitan perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SD Negeri Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

 

A.    Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Waktu mengadakan penelitian ialah terhitung mulai bulan Mei  2011, selama 2 Minggu.

 

B.     Variabel Penelitian

Dalam hal ini penelitian dilakukan sesuai dengan judul yang diangkat dan terdiri dari dua variabel penelitian, yaitu:

Variabel bebas/ independent variable (X), yaitu: Perhatian Orang tua.

Variabel terikat/ dependent variable (Y), yaitu: Hasil Belajar Siswa.

 

C.    Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang sistimatis yang digunakan dalam suatu kegiatan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Pengertian tersebut menunjukan bahwa metode penelitian yaitu suatu cara yang ditempuh peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga perlu ditentukan secara jelas sesuai dengan arah dan tujuan penelitian.

Berdasarkan variabel penelitian, permasalahan dan teknik pengumpulan data atau instrumen penelitian maka metode penelitian yang digunakan adalah metode studi korelasi yang merupakan bagian dari metode deskriptif kuantitatif.

 

D.    Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah suatu gambaran atau cerminan atau wakil dari keseluruhan populasi. Mengacu pada penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sampel yaitu suatu wakil atau cerminan dari keseluruhan populasi, sehingga dengan mempertimbangkan jumlah populasi yang cukup besar, keadaan lapangan penelitian yang luas, keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti sendiri, maka penelitian dilakukan terhadap sebagian populasi dengan tetap memperhatikan keterwakilan dari populasi tersebut dengan sampel 40 orang.

 

E.     Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan cara khusus yang digunakan peneliti dalam menggali data yang diperlukan dalam penelitian tentang perhatian orang tua yang merupakan variabel bebas.

Adapun instrumen penelitian atau alat ukur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket berupa skala sikap dengan 30 pernyataan, dengan alternatif jawaban terdiri dari: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R) tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Sedangkan skor nilai untuk masing-masing alternatif jawaban adalah SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1 untuk pernyataan yang positif, dan skor nilai sebaliknya untuk pernyataan yang negatif.

Instrumen penelitian untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa sebagai variabel terikat, digunakan tes berupa skala sikap dengan 30 pernyataan, dengan alternatif jawaban terdiri dari: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R) tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

Sedangkan skor nilai untuk masing-masing alternatif jawaban adalah SS=5, S=4, R=3, TS=2, STS=1 untuk pernyataan yang positif, dan skor nilai sebaliknya untuk pernyataan yang negatif.

 

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

A.    Deskripsi Data Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian ini adalah menyajikan hasil penelitian yang diperoleh dari jawaban responden atas pernyataan-pernyataan dengan alternatif jawaban yang tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan distribusi skor masing-masing variabel yang diteliti, dalam ukuran tendensi sentral dan ukuran variasi. Dengan harga-harga yang disajikan setelah sebelumnya dianalisis dengan statistik deskriptif, meliputi rata-rata (X) simpangan baku standar deviasi (S) dan Varians (S²) dan distribusi frekwensi serta histogram frekwensi.

  1. 1.      Skor Perhatian Orang Tua (Variabel X)

Untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional (emotional question) dengan hasil belajar siswa maka diberlakukan penilaian variabel y (hasil belajar siswa/intelegensi) dan variabel x (perhatian orang tua). Dari hasil penelitian berdasarkan instrument penilaian, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekwensi Skor Perhatian Orang Tua (Variabel X)

No.

Rentang Nilai

Perolahan

F

%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

< 50

50 – 59

60 – 69

70 – 79

80 – 89

90 – 100

I

IIII II

IIII IIII II

IIII IIII II

IIII II

I

1

7

12

12

7

1

2,5

17,5

30

30

17,5

2,5

Jumlah

40

40

100

 

Dari data tabel di atas, menunjukan bahwa skor pengaruh perhatian orang tua di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kacamatan Jasinga Kabupaten Bogor yang berada di bawah rata-rata sebanyak 20 orang responden atau 50%, dan yang berada sama dengan rata-rata 12 orang atau 30%. Sedangkan yang berada di atas rata-rata sebanyak 8 orang responden atau 20%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh perhatian orang tua di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kacamatan Jasinga Kabupaten Bogor termasuk kategori tinggi.

 

  1. 2.      Skor Hasil Belajar Siswa (Variabel Y)

Berdasarkan angket yang disebar berupa skala sikap dengan 30 pernyataan dan alternatif jawaban yang tersedia. Maka skor teoretik data yang diharapkan diperoleh dari penelitian untuk variabel hasil belajar siswa (Variabel Y) adalah data yang dikumpulkan dan diolah berasal dari 30 item pernyataan yang tersedia pada angket yang berupa skala sikap dari 40 orang responden siswa-siswi dari kelas V, jawabannya dimasukan ke dalam skala ordinal. Nilai dan skor kemudian ditabulasikan berdasarkan dimensi yang diamati.

Tabel 2

Skor Hasil Belajar Siswa Variabel Y

No.

Rentang

Perolehan

F

%

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

48 – 51

52 – 55

56 – 59

60 – 63

64 – 67

68 – 72

73 – 75

I

II

IIII IIII

IIII IIII IIII II

IIII

IIII

I

1

2

10

17

5

4

1

2,5

5,0

25

42,5

12,5

10

2,5

Jumlah

40

40

100

 

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat disebutkan bahwa skor hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor,  menunjukan bahwa skor hasil belajar siswa yang berada di bawah rata-rata sebanyak 13 orang responden atau 32,5%, dan yang berada sama dengan rata-rata sebanyak 17 orang responden atau 42,5%, sedangkan yang berada di atas rata-rata sebanyak 10 orang responden atau 25%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor termasuk kategori cukup.

 

B.     Interpretasi Data

Berdasarkan analisis korelasi product moment dapat disimpulkan bahwa:

  1. Ada pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, karena hubungan yang ada adalah hubungan yang agak sedang.
  2. Diketahui konstribusi pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, hanya 20,25% sedangkan sebagian besar, 79,75% merupakan konstribusi faktor lain.

 

C.    Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut; jika dilihat dari perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa hampir setengahnya rendahnya perhatian orang tua. Akan tetapi, besarnya pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor tergolong dalam tingkat korelasi yang agak rendah.


BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

 

A.    Kesimpulan

Pada akhirnya, penulis akan mengemukakan kesimpulan dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada dasarnya penelitian ini adalah menguji sebuah hipotesis penelitian yang diajukan untuk mendapatkan data yang valid (sahih), dan dapat dipercaya tentang apakah terdapat pengaruh perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor. Setelah pengujian dilakukan dan berdasarkan deskripsi data serta tujuan oprasional penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor.
  2. terdapat pengaruh yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, karena tergolong dalam tingkat korelasi yang sedang, namun bukan berarti sepenuhnya terdapat pengaruh dari perhatian orang tua terhadap hasil belajar siswa di SDN Curug 05 UPT Kurikulum XIX Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, ternyata ada pengaruhnya yakni sebesar 20,25%.Implikasi

 

B.     Saran- saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis simpulkan di atas, maka akhirnya penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

  1. Hendaknya ada dorongan dan perhatian terhadap pendidikan
  2. Belajar bagi anak sangat membutuhkan motivasi orang tua dalam keluarga, demi keberhasilan anak untuk menggapai cita-cita dan menghadapi kehidupan sehari-hari yang cemerlang.

 

 

 

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

PERHATIAN ORANG TUA VARIABEL X

 

No

Aspek Penelitian

Butir soal

Jumlah

Positif

Negatif

1

2

3

4

5

1

Pentingnya perhatian orang tua

1,2,4,6

3,5

6

2

Perhatian orang tua dalam belajar

7,8,10,12

9,11

6

3

Tujuan perhatian orang tua

13,14,16,17

15,18

6

4

Manfaat perhatian orang tua

19,20,22,24

21,23

6

5

Pemahaman perhatian orang tua

25,26,28,30

27,29

6

Jumlah

20

10

30

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

HASIL  BELAJAR SISWA VARIABEL Y

No

Aspek Penelitian

Butir soal

Jumlah

Positif

Negatif

1

2

3

4

5

1

Hasil belajar siswa

2,3,4,5

1,6

6

2

Kendala-kendala yang timbul dalam proses kegiatan belajar

7,8,10,12

9,11

6

3

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa

14,15,16,17

13,18

6

4

Tujuan dalam proses belajar

19,20,22,24

21,23

6

5

Keadaan lingkungan

25,26,28,30

27,29

6

Jumlah

20

10

30

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran : 3

ANGKET SKALA SIKAP VARIABEL X

(PERHATIAN ORANG TUA)

 

  1. Identitas Responden
    1. Nama                                                : ………………………………………
    2. Usia/ Umur                                       : …….. Tahun
    3. Jenis Kelamin                                   : Laki-laki/ Perempuan *)
    4. Pekerjaan                                          : ………………………………………
    5. Agama                                              : ………………………………………

 

  1. Petunjuk Pengisian
    1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti!
    2. Tiap pernyataan terdiri dari 5 (lima) pilihan jawaban, yaitu:

No

Pilihan Jawaban

Skoring

1

Sangat Setuju (SS)

5

2

Setuju (S)

4

3

Ragu-ragu (R)

3

4

Tidak Setuju (TS)

2

5

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

 

  1. Anda diminta untuk memberikan tanda check list (Ö ) pada kolom pernyataan yang telah disediakan dan jawablah sesuai dengan pendapat anda secara benar dan jujur.
  2. setelah diisi dimohon dikembalikan dan atas bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih.

 

Lampiran : 4

ANGKET SKALA SIKAP VARIABEL X

(HASIL BELAJAR SISWA)

 

  1. Identitas Responden
    1. Nama                                                : ………………………………………
    2. Usia/ Umur                                       : …….. Tahun
    3. Jenis Kelamin                                   : Laki-laki/ Perempuan *)
    4. Pekerjaan                                          : ………………………………………
    5. Agama                                              : ………………………………………

 

  1. Petunjuk Pengisian
    1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti!
    2. Tiap pernyataan terdiri dari 5 (lima) pilihan jawaban, yaitu:

No

Pilihan Jawaban

Skoring

1

Sangat Setuju (SS)

5

2

Setuju (S)

4

3

Ragu-ragu (R)

3

4

Tidak Setuju (TS)

2

5

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

 

  1. Anda diminta untuk memberikan tanda check list (Ö ) pada kolom pernyataan yang telah disediakan dan jawablah sesuai dengan pendapat anda secara benar dan jujur.
  2. setelah diisi dimohon dikembalikan dan atas bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih.

 

Lampiran : 5

 

Instrumen Penelitian Perhatian Orang Tua Variabel X

 

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban

SS

S

R

TS

STS

1

Perhatian orang tua sangat penting terhadap tumbuh kembang siwa          

2

Perhatian orang tua terhadap siswa tidak boleh berlebihan          

3

Perhatian orang tua tidak harus selalu diberikan oleh orang tua          

4

Banyak siswa yang manja diakibatkan perhatian orang tua yang berlebihan          

5

Setiap orang tua pasti ingin memberikan perhatian yang cukup terhadap anaknya          

6

Orang tua yang sibuk dibolehkan untuk tidak memperhatikan orang tua          

7

Belajar siswa dirumah harus memdapat perhatian orang tuanya          

8

Perhatian orang tua dalam belajar siswa dapat meningkatkan prestasi siswa          

9

Belajar di rumah sangat menunjang bagi pengetahuna siswa          

10

Banyak orang tua yang menuruti anaknya yang malas belajar          

11

Siswa yang malas belajar tidak terlepas dari perhatian orang tuanya yang kurang          

12

Sewaktu-waktu orang tua butuh hadir di sekolah untuk melihat anaknya belajar          

13

Perhatian orang tua diberikan agar anak memiliki keinginan dan dorongan untuk belajar          

14

Selain di rumah, motivasi belajar juga harus diberikan di sekolah          

15

Banyak siswa yang nakal akibat dari kurangnya perhatian orang tua          

16

Setiap anak pasti dangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya          

17

Perhatian orang tua harus diberikan secara proporsional          

18

Anak tidak membutuhkan perhatian orang tua          

19

Setiap perhatian yang diberikan bermaksud untuk memberikan bimbingan terhadap siswa          

20

Perhatian orang tua memberikan manfaat besar terhadap kepribadian siswa          

21

Perhatian yang orang tua berikan tidak memberikan dampak apa-apa          

22

Orang yang sukses adalah orang memahami pentingnya belajar.          

23

Orang tua yang paham pasti akan memberikan perhatian secara proporsional          

24

Setiap tingkah laku siswa seharusnya tidak lepas dari panadangan orang tua          

25

Keperluan belajar merupakan suatu hal yang tidak bisa dikesampingkan karena itu adalah kebutuhan manusia.          

26

Belajar merupakan kegiatan yang hanya bisa dilakukan di sekolah.          

27

Banyak orang tua yang acuh taka acuh kepada anaknya dikarenakan kurangnya tentang perhatian orang tua          

28

Anak-anak yang berprestasi adalah anak-anak yang mendapat perhatian dari orang tuanya          

29

Siswa yang malas ternyata meruka kurang mendapat perhatian dari orang tua          

30

Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dalam belajar          

 

 

Instrumen Penelitian Hasil Belajar Siswa Variabel Y

 

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban

SS

S

R

TS

STS

1

Siswa yang cerdas adalah siswa yang berhasil dalam belajar          

2

Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peran serta orang tua          

3

Siswa yang rajin akan berhasil dalam proses belajar          

4

Hasil belajar yang baik akan memberikan rasa percaya diri pada siswa          

5

Setiap siswa pasti menginginkan berhasil dalam proses belajar          

6

Ada siswa yang tidak ingin berhasil dalam belajar          

7

Kegagalan dalam proses belajar disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam belajar          

8

Kurangnya dorongan dari orang tua menyebabkan anak gagal dalam kegiatan belajar          

9

Semua siswa tidak memiliki kendala dalam proses kegiatan belajar          

10

Kondisi sekolah yang tidak kondusif menyebabkan anak sulit menerima hasil belajar          

11

Guru tidak mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar kepada siswa

 

         

12

Setiap siswa memiliki kendala yang berbeda dalam proses belajar          

13

Orang tua dan guru tidak mempengaruhi keberhasilan belajar siswa          

14

Lingkungan keluarga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil belajar siswa          

15

Guru sebagai motivator bagi siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik          

16

Teman bermain siswa ikut andil dalam menentukan hasil belajar siswa          

17

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat timbul dari dalam diri ataupun dari luar diri siswa          

18

Faktor keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh faktor lingkungan          

19

Setiap siswa yang rajin belajar menginginkan hasil belajar yang baik          

20

Tujuan pembelajaran pada siswa yaitu merubah tingkah laku siswa          

21

Siswa belajar karena rasa ingin tahu          

22

Rata-rata siswa rajin belajar karena ingin menambah pengetahuannya          

23

Guru memberikan proses pembelajaran bertujuan membentuk siswa yang berhasil          

24

Sebagian besar siswa belajar dengan tekun bertujuan untuk memperoleh juara kelas          

25

Keadaan lingkungan sekolah menjadi pusat yang menentukan hasil belajar siswa          

26

Lingkungan keluarga sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa          

27

Lingkungan pergaulan siswa memberikan imbas terhadap hasil belajar siswa          

28

Keluarga yang paham akan pentingnya pendidikan akan menciptakan keadaan lingkungan yang kondusif guna memperoleh hasil belajar siswa yang baik          

29

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh lingkungan          

30

Lingkungan tidak memberikan dampak apa-apa terhadap hasil belajar siswa          

 

 

Kegiatan Mengajar

No. Hari/Tanggal Waktu Kegiatan
1. Senin,

24/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk upacara bendera

07.30-08.00 Upacara Bendera
08.00-08.05 Guru dan siswa berbaris di depan kelas untuk diperiksa kebersihan, kerapihan dan kedisiplinan dalam berpakaian

Masuk ke dalam kelas, berdoa dan mengucapkan salam.

Apersepsi dengan cara mengabsen siswa

08.05-09.15 Memberikan Materi Pelajaran PKn

Tema : ASEAN

Kegiatan Pembelajaran : Mencatat negara-negara anggota, tujuan dan bentuk kerjasama ASEAN

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.55 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tema : Cerita Anak

Kegiatan Pembelajaran : mengembangkan hal-hal penting/pokok dari suatu teks yang didengar menjadi cerita baru yang menarik

10.55-12.05 Memberikan Materi Pembelajaran Matematika

Tema :  Operasi hitung bilangan bulat

Kegiatan Pembelajaran : Menggunakan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat

12.10 Pulang
2. Selasa,

25/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran di kelas

07.30-09.15 Memberikan Materi Pembelajaran IPS

Tema : Perisitwa Alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga

Kegiatan Pembelajaran : menjelaskan ketampakan alam

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.55 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tema : Cerita Anak

10.55-12.05 Memberikan Materi Pembelajaran SBK

Tema : Mewarnai Hasil Karya Seni

Kegiatan Pembelajaran : Mewarnai Karya Seni Lukis

12.10 Pulang
3. Rabu,

26/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran di kelas

07.30-09.15 Memberikan Materi Pembelajaran Matematika

Tema : Operasi Hitung Bilangan Bulat

Kegiatan Pembelajaran : Menentukan hasil bilangan pangkat tiga dan penarikan bilangan akar pangkat tiga

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.55 Memberikan Materi Pembelajaran IPA

Tema : Gaya dan Gerak

Kegiatan Pembelajaran : Mendeskripsikan pengertian pesawat

10.55-12.05 Memberikan Materi Pembelajaran SBK

Tema : Mewarnai Hasil Karya Seni

Kegiatan Pembelajaran : Mewarnai Karya Seni Lukis

12.10 Pulang
4. Kamis,

27/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran di kelas

07.30-09.15 Memberikan Materi Pembelajaran IPA

Tema : Gaya dan Gerak

Kegiatan Pembelajaran : Menunjukan letak titik beban dan titik kuasa pada pengungkit

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.55 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tema : Cerita Anak

Kegiatan Pembelajaran : menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita, menjelaskan sifat-sifat tokoh dalam cerita dan menentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraph yang mendukung

10.55-12.05 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Inggris

Materi Pembelajaran disampaikan oleh Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris

12.10 Pulang
5. Jum’at,

28/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran di kelas

07.30-09.15 Memberikan Materi Pembelajaran PAI

Materi Pembelajaran disampaikan oleh Guru Mata Pelajaran PAI

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.55 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Sunda

 

10.55-11.30 Memberikan Materi Pembelajaran Bahasa Penjas

Materi Pembelajaran disampaikan oleh Guru Mata Pelajaran Penjas

11.35 Pulang
6. Sabtu,

29/01/2011

06.45 Berangkat dari rumah
07.15 Tiba di sekolah.

Mempersiapkan diri untuk kegiatan pembelajaran di kelas

07.30-09.15 Memberikan Materi Pembelajaran Penjas

Materi Pembelajaran disampaikan oleh Guru Penjas (lanjutan)

09.15-09.45 Istirahat
09.45-10.00 Persiapan mengikuti kegiatan KKG
10.00-13.30 Mengiktui kegiatan KKG di Gugus Inti
14.00 Pulang